“It’s my dream, Mas! Not her!“. Kutipan tersebut terasa familiar bukan? Ya, kutipan itu merupakan potongan dialog dari sebuah serial web berjudul “Layangan Putus” yang belakangan ini menjadi viral dan dibicarakan oleh netizen dari berbagai kalangan usia. Viralnya potongan dari Layangan Putus dalam bentuk meme membuat series yang satu ini menjadi semakin dikenal oleh masyarakat, baik yang memang menonton series tersebut maupun oleh orang-orang yang hanya tahu dari media sosial saja. Dilihat dari sisi marketing, fenomena Layangan Putus ini sangatlah menarik. Sebelumnya fenomena ini sudah sempat dibahas sedikit di Youtube Vokraf, lho! Nah, pada artikel ini Minvo akan membahas lebih lanjut penggunaan meme sebagai strategi marketing. Simak terus, ya!
Kualitas sinetron Indonesia
Sinetron Indonesia sering kali dianggap jelek, terlebih lagi bagi para penikmat drama Korea. Hal ini terjadi karena beberapa hal seperti acting para pemain yang kurang mendalami peran, alur cerita yang di luar nalar, pemeran protagonis yang dibuat terlalu menderita, product placement yang tak natural, dan hal-hal lainnya yang menunjukkan kalau sinetron Indonesia masih lebih mementingkan rating yang tinggi ketimbang memproduksi sebuah tontonan yang berkualitas.
Sebenarnya tak semua tontonan Indonesia memiliki kualitas yang rendah. Akan tetapi, akses yang dimiliki penonton akan program yang berkualitas masih rendah dan televisi nasional masih lebih mementingkan program TV yang memiliki rating tinggi daripada kualitas program itu sendiri. Dengan begitu, tak sedikit penonton yang awalnya “terpaksa” karena tak memiliki pilihan, akhirnya menjadi “terbiasa” mengkonsumsi konten-konten tersebut.
Saat ini, kehadiran Video on Demand (VOD) memberikan sebuah permulaan yang segar dan banyak kejutan lain yang tak dapat kita dapatkan dari “sinetron Indonesia pada umumnya”. Layangan Putus yang akhir-akhir ini ramai dibicarakn merupakan salah satu contoh dari serial web Indonesia yang ditayangkan melalui VOD, yakni WeTV dan Iflix.
Viralnya Layangan Putus
Tak sedikit orang yang berpendapat bahwa Layangan Putus viral karena membahas tentang pelakornya (Pelakor: Perebut laki orang). Hal ini memang tak sepenuhnya salah, mengingat masyarakat Indonesia memiliki ketertarikan yang tinggi dengan isu-isu perselingkuhan. Akan tetapi, Layangan Putus tak viral hanya karena isu perselingkuhan saja. Serial web yang satu ini diangkat dari sebuah kisah nyata. Berawal dari curhatan Mommy ASF (nama pena) di Facebook-nya, curhatan tersebut kemudian dilanjutkan penulisannya dan dijadikan sebuah novel yang berjudul “Layangan Putus”.
Tak hanya karena isu perselingkuhannya saja, kekuatan utama pada serial web ini adalah alur cerita yang diangkat dari realita dan dikemas dengan realistis sehingga masyarakat dapat merasa cerita pada Layangan Putus lebih relatable dan masuk akal dibandingkan dengan sinetron Indonesia pada umumnya. Penokohannya pun tak kalah keren. Serial ini diperankan oleh Reza Rahardian (sebagai Mas Aris), Putri Marino (sebagai Kinan), dan juga Anya Geraldine (sebagai Lidya). Selain itu, sinematografi, wardrobe, dan pemilihan latar tempatnya juga memperlihatkan kalau serial ini digarap dengan serius. Faktor lainnya yang mendorong Layangan Putus menjadi topik yang hangat dibicarakan oleh netizen adalah viralnya meme “It’s my dream, Mas! Not her!”.
Fun Fact Putri Marino, pemeran Kinan pada Layangan Putus, mengatakan bahwa cuplikan yang viral tersebut diambil secara one take dan emosi yang sangat intens saat proses syuting tersebut membuat ia melakukan improvisasi pada beberapa dialog. Kalimat “Not her!” dan “It’s a f***ing penthouse” sebenarnya tak ada di skrip.
Membahas Mengenai Meme
Pengertian Meme
Istilah meme (dibaca: mim) yang dicetuskan pertama kali oleh Richard Dawkins pada tahun 1976. Istilah ini awalnya digunakan untuk mengacu pada transmisi budaya yang berhubungan dengan proses imitasi. Akan tetapi, seiring berjalannya waktu, penggunaan istilah ini pun ikut berubah. Kini, istilah meme digunakan untuk merujuk pada gambar, video, frasa, atau gabungan dari ketiganya yang disertai dengan narasi-narasi lucu yang bersifat humor. Selain itu, meme juga tak jarang digunakan sebagai media untuk melakukan kritis sosial akan sebuah isu.
Meme biasanya dibagikan melalui media sosial seperti Instagram dan Twitter dalam bentuk User Generated Content (UGC). Meme merupakan konten yang sangat mudah diproduksi dan dibagikan sehingga saat ada satu meme yang viral, audiens lain pun tak sedikit yang tergerak untuk menciptakan meme yang sama versi mereka masing-masing. Situasi ini membuat meme yang viral tersebut akan semakin banyak dibicarakan oleh audiens.
Meme dalam marketing
Beberapa tahun belakangan ini, meme menjadi semakin marak digunakan sebagai salah satu strategi marketing oleh banyak perusahaan dan brand. Hal ini terjadi karena consumer behavior yang terus berubah, membuat marketer pun terus mengikuti perubahan tersebut.
Meme adalah salah satu jenis konten yang diminati oleh masyarakat. Mudah dibagikannya sebuah meme dan tingkatnya minat masyarakat dalam mengkonsumsi meme, membuat meme menjadi mudah untuk viral, menarik perhatian audiens, dan mendapatkan engagement yang tinggi. Tak jarang meme yang sifatnya UGC dan dibuat oleh netizen iseng-iseng malah ikut memberikan keuntungan bagi sebuah brand atau perusahaan terkait. Salah satu contoh nyatanya adalah fenomena viralnya Layangan Putus.
Engagement adalah salah satu metriks yang dapat mempengaruhi sebuah pemasaran. Terutama jika goals dari sebuah kegiatan yang dilakukan adalah brand awareness. Oleh karena itu, hal ini membuat para marketer melirik penggunaan meme sebagai sebuah peluang yang bagus untuk memasarkan produk. Kini tak sedikit brand atau perusahaan yang menggunakan meme dan jump into the wave sebagai salah satu strategi marketingnya.
Dilansir pada Forbes, menurut seorang entrepreneur berusia 18 tahun, Anushk Mittal—founder sebuah meme platform Memois, riset yang dilakukannya pada lebih dari 10 juta meme dengan berbagai topik, demografi, dan interest menunjukkan bahwa rata-rata millenials mengkonsumsi 20-30 meme per harinya. Selain itu, Mittel juga mengungkapkan bahwa strategi marketing biasa yang digunakan oleh Memois hanya mendatangkan engagement (di Facebook dan Instagram) sekitar 5% saja. Sementara dengan menggunakan meme, engagement organik mereka berhasil mencapai angka 60%.
Kelebihan penggunaan meme
Maraknya penggunaan meme dalam marketing tidaklah tanpa alasan. Berikut ini adalah beberapa kelebihan dari penggunaan meme sebagai startegi marketing:
- Mudah dibuat, dalam membuat meme kita tak perlu menjadi orang yang pertama membuat sebuah meme. Kita bisa membuat meme versi kita sendiri dari meme yang sedang viral, mengikuti trend yang sudah ada, meme-hijacking. Tak hanya itu, kini juga sudah banyak meme generator yang dapat memudahkan pembuatan meme.
- Biaya produksi murah, meme seringnya dibagikan dalam format gambar dan video. Oleh karena itu, kita tak memerlukan biaya yang banyak untuk memproduksi sebuah meme. Aplikasi edit foto pada smartphone-mu saja sudah dapat digunakan untuk membuat meme.
- Meningkatkan engagement, meme dibuat memang dengan tujuan untuk dibagikan dengan mudah. Semakin banyak share, maka semakin tinggi juga engagement yang didapatkan. Hal ini pada akhirnya dapat meningkatkan brand awareness dan juga interaksi audiens. Terlebih lagi jika meme dibuat relatable dengan audiens.
- Menunjukkan brand personality, penggunaan meme dapat menunjukkan persona brand atau sebuah perusahaan yang mudah di-approach dan tampak “more human”. Persona ini dapat menciptakan sense of community yang membuat audiens merasa lebih “dekat” dengan sebuah perusahaan atau brand dan menjadi lebih loyal.
- Mudah dikonsumsi audiens, berdasarkan sebuah studi, kini manusia rata-rata hanya memiliki attention span selama 8 detik saja! Termasuk dalam bite-sized content, membuat meme mudah dikonsumsi oleh audiens. Selain itu, menurut Thermoplyae Sciences, gambar dapat diproses 60.000 kali lebih cepat daripada tulisan oleh otak kita.
Untuk mepermudah pemahanmu, berikut ini Minvo tampilkan beberapa contoh penggunaan meme oleh brand atau perusahaan.
Menarik banget, ya fenomena meme ini! Ternyata meme gak sekedar konten hiburan aja, tapi juga dapat digunakan sebagai strategi marketing. #OrangKreatif mau belajar lebih lanjut seputar digital marketing? Yuk, segera daftarkan dirimu ke UPprenticeship: Vokraf Digital Marketing Bootcamp! Melalui bootcamp ini kamu bakal belajar banyak seputar digital marketing dan akan langsung mendapatkan kesempatan magang di ranah digital marketing, lho!
Leave a Reply