“Mad For Makeup ini dilihatnya bukan sebagai sebuah brand tapi malah lebih ke arah temen. Mereka, tuh seperti seseorang yang kita bisa ajak curhat juga” Ucap Kak Viola, seorang follower Instagram dari salah satu brand Makeup Lokal, Mad For Makeup.
Perihal membangun hubungan dekat dengan audiens, Mad for Makeup (Mad) sudah ngga perlu diragukan lagi. Minvo sudah melakukan interview dengan lima orang followers Mad dan berikut uraian resep spesial membangun koneksi dengan audiens yang akan menginspirasi kamu!
Berhasil Mencuri Hati di Tengah Ketatnya Kompetisi
Persaingan brand kecantikan tentunya semakin ketat di Indonesia. Hal ini bisa terlihat dari adanya 760 perusahaan di industri kosmetika berdasarkan data dari Kementerian Perindustrian pada tahun 2018. Bahkan, hanya lima persen di antaranya adalah pemain industri besar. Tentunya, kondisi ini membuat 95% brand lainnya harus berlomba agar bisa mencuri perhatian para calon pembelinya. Meskipun begitu, Mad for Makeup, yang baru berdiri di tahun 2017, dapat mengatasi ini dengan baik.
Sebagai pemain baru, Mad berhasil menunjukkan taringnya dengan berbagai penghargaan yang dicapainya, seperti Sociolla Awards “Best Innovation” 2020, Gojek Xcelerate Startup pada tahun 2020, dan Female Daily Award Winner “Best Makeup Tools Category” pada tahun 2018. Dari sisi penjualan pun, Mad berhasil menjual 8000 piece produk beauty blender pada tahun pertamanya mengembangkan sayap di industri kecantikan.
Menggunakan model bisnis Direct to Customer, Mad hanya memanfaatkan platform digital dalam menjalankan bisnisnya, salah satunya adalah Instagram. Dibandingkan dengan brand lainnya, Mad termasuk brand yang aktif berinteraksi dengan audiensnya melalui konten-konten yang di-posting, ketika brand lain lebih banyak berfokus pada promosi produk mereka. Sehingga ngga heran ketika Mad memiliki engagement rate yang tinggi, bahkan mengalahkan tiga brand kosmetik besar seperti Wardah, Emina dan Make Over.
Keberhasilan ini didukung dengan salah satu strategi yang dilakukan oleh Mad for Makeup, yakni membangun koneksi dengan audiens mereka. Koneksi tersebut kemudian mampu membangun sebuah brand trust yang akhirnya mendatangkan konversi. Seperti halnya yang tercantum pada artikel di Sprout Social, ketika audiens merasa terkoneksi dengan sebuah brand, 57% orang akan meningkatkan pembelian brand tersebut dan 76% akan lebih memilih brand tersebut dibandingkan kompetitor.
Hadir di Media Sosial Aja Ngga Cukup, loh!
Berdasarkan data Social Media Trends 2022 oleh Hootsuite, dibandingkan dengan menggunakan search engine, 53,2% dari generasi muda lebih banyak mencari tahu mengenai brand di social network, atau dengan kata lain social media. Sehingga penggunaan Instagram menjadi langkah yang tepat bagi Mad for Makeup agar menjangkau calon pembeli mereka yakni orang muda di kisaran umur 18-24 tahun.
Baca lebih lanjut: Pentingnya penggunaan social media marketing bagi brandmu!
Namun, apakah hadir dan aktif di media sosial saja udah cukup? Jawabannya, ngga! Dalam melakukan kegiatan marketing, tentunya kita harus memahami bagaimana customer journey dan juga marketing funnel untuk mengetahui lebih jelas strategi membangun koneksi dengan konsumen. Sehingga, calon konsumen ini ngga hanya berhenti di tahap ‘mengetahui’, namun juga bersedia melakukan ‘pembelian’.
Dilansir dari Sprout Social, audiens mendefinisikan istilah terkoneksi dengan brand bukan hanya sekadar melakukan transaksi, melainkan 66% di antaranya mengatakan ketika audiens mempercayai brand, 53% merasa memiliki value yang sama dengan yang disampaikan oleh brand, dan 51% brand dapat memahami apa kebutuhan audiensnya. Poin-poin ini yang kemudian dilakukan oleh Mad for Makeup melalui konten-konten yang disampaikan dalam media Instagram mereka, @madformakeup.co.
Followers Mad: Seringnya Berinteraksi Hingga Merasa Dimengerti
Minvo melakukan wawancara dengan lima orang followers dari Mad for Makeup, dan mereka menyatakan bahwa hal pertama yang menarik perhatian mereka adalah dari sisi produknya, baik dari menonton review beauty influencer, muncul di explore Instagram dan juga melalui Instagram Ads. Hal ini mungkin ngga berbeda jauh dengan customer journey dari beauty brand lokal lainnya.
Namun, Mad mengaplikasikan strategi berbeda dalam membangun interaksi, seakan-akan menjadi teman untuk audiens. Strategi tersebut sesuai dengan penelitian dari Bergische University yang menemukan bahwa apa yang kita rasakan terhadap brand, sebenarnya sama seperti apa yang kita rasakan terhadap seseorang. Sejalan dengan visi Mad, mereka mendengarkan customer dan memberikan kesempatan bagi komunitas Mad for Makeup, atau yang disebut Rebels, untuk ikut ambil bagian dalam proses pembuatan suatu produk yang merepresentasikan kebutuhan calon pembeli mereka.
“Dengan mereka ngeluarin produk concealer untuk dark skin, aku jadi merasa mereka ternyata pay attention sama orang-orang yang punya dark skin. The more mereka nunjukin kalau mereka merhatiin kita, the more aku merasa tertarik”, Ucap Viola.
Pernyataan Viola ini sama dengan pernyataan dari Habliya mengenai pengalamannya ketika berinteraksi dengan akun Instagram @madformakeup.co, “(Aku engage di) Content minta saran produk kaya apa, yang cocok di Indonesia kaya gimana. Kulitku medium to dark, jarang brand punya produk kaya gitu, makanya aku pengen comment.”
Tentunya dari comment tersebut diproses oleh Mad sesuai dengan pernyataan Habliya berikutnya, “Masukannya itu diproses banget. Dari tanya-tanya ke audiens, terus abis itu di-show di konten-konten mereka, beneran ada hasil (produk)nya”.
Selain itu, akun Mad for Makeup juga aktif menanggapi setiap postingan yang mention @madformakeup.co . “Adminnya di Instagram pun ramah. Jadi plus point buat aku yang bikin konten, adminnya jadi menanggapi karya aku, yang akhirnya jadi semangat buat aku untuk buat video-video (review produk Mad) lainnya. Bahkan mereka mau comment di videonya, ngga cuma via DM doang” Ucap Nay, followers yang aktif membuat video review make up.
Memunculkan konten-konten yang relate, sering memantik diskusi di Instagram Story, membalas setiap Instagram post dan mendengarkan masukan dari audiensnya menjadikan kehadiran brand lokal satu ini sangat diterima baik oleh para audiensnya. Salah satunya terlihat dalam postingan yang mengangkat isu mengenai dark skin dan curly hair.
Nay yang turut memberikan comment di postingan tersebut, membagikan alasannya berinteraksi dengan akun Mad, “Aku punya pengalaman kurang lebih kaya gitu, waktu SD sering di-bully karna punya rambut curly kaya gitu. Tahun 2009 ke bawah cantik itu harus putih, rambut harus lurus. aku mau ngomong juga kalau walaupun rambut kamu curly pun kamu tetep bisa cantik.”
Dari pernyataan tersebut, selain merasa relate dengan isu yang diangkat, Nay bermaksud mencoba mengubah mindset orang-orang mengenai konsep ‘cantik’. Value yang dimiliki oleh Nay menggambarkan value yang dibawa oleh brand Mad for Makeup bahwa kecantikan ngga selalu mengenai warna kulit, penampilan dan bentuk tubuh saja, namun juga melalui self acceptance.
Mulai Terkoneksi, Bangun Kedekatan dengan Audiensmu!
Setelah memahami pentingnya membangun koneksi dengan audiens dan juga bagaimana cara Mad dalam berinteraksi dengan followersnya, ini adalah poin-poin yang bisa kamu highlight untuk media sosial brand kamu:
- Suarakan isu penting yang menjadi value dari brandmu
Sama halnya dengan Mad for Makeup yang menyuarakan mengenai self-acceptance dan self-love, kamu juga bisa menampilkan brand value-mu melalui postingan dan caption. Contohnya, jika brand-mu menjual baju dengan value sustainable fashion, kamu dapat membuat konten yang menunjukkan bahan pakaian dan kelebihannya dari segi ramah lingkungan .
Representasi value ini merupakan hal penting karena berdasarkan penelitian Cone study di tahun 2017, 87% orang akan membeli produk berdasarkan value dan preferensi dari brand tersebut, loh.
- Ciptakan konten yang menimbulkan respon “Relate banget, nih!”
Berdasarkan survey yang dilakukan oleh Minvo kepada #100OrangKreatif, 58 orang menyatakan akan ter-engage dengan konten yang relate dengan daily life. Hal ini juga tercermin dari tanggapan Sekar mengenai konten-konten yang ia tanggapi di akun Mad, “Konten relate ini bentuknya bisa berupa quotes, atau yang terbaru ini adalah permen kaki yang bisa relate ke old time. Terus yang beauty standard ngga harus putih, ngga harus rambut lurus”.
Contoh lain yang bisa kamu lakukan adalah jika brand kamu menjual frozen food, kamu bisa membuat konten mengenai pekerja kantoran saat WFH merasa kelaparan tapi ngga punya banyak waktu untuk masak karena banyak meeting.
- Ajak bicara audiensmu dengan berinteraksi melalui Instagram Story
Banyak fitur Instagram story yang dapat kamu gunakan untuk memaksimalkan jalinan komunikasi antara brand dengan audiens kamu. Hal ini yang juga diterapkan dengan baik oleh Mad. “Dari segi (Instagram) story, (Mad) aktif ngajakin audiensnya interaksi, lagi ngomongin apa, kaya kemaren ngangkat soal war Justin Bieber dan mengangkat topik soal fangirling, dari sisi perempuan kan menarik, karna dulu gue juga pernah fangirling,” ujar Sekar.
- Menanggapi comment dan DM layaknya seorang teman
Ngga ada orang yang senang ketika pendapatnya ngga digubris. Maka dari itu, membangun komunikasi dua arah dengan audiens adalah hal yang sangat penting. Seperti halnya yang dirasakan oleh Habliya, “Aku typical-nya selama orangnya bisa diajak ngobrolnya enak, aku akan suka. Mad ini interaksinya tuh enak banget, sering ngebalesin orang-orang”. Tentunya, sebuah brand melalui admin media sosialnya harus bisa menunjukkan keramahan untuk meningkatkan kedekatan antara brand dengan audiensnya.
- Jadikan mereka saksi kegagalan dan juga perkembangan dari brandmu
Ikut sertakan audiens dalam proses perkembangan brand-mu. Seperti halnya Mad for Makeup, ngga hanya menyertakan audiens dalam proses pembuatan produk, brand ini juga menceritakan pembelajaran dari kegagalan penjualan produk mereka. Hebatnya, Mad mencoba membungkus hal tersebut dengan hal yang relate dengan audiens mereka.
Kehadiran media sosial bagi sebuah brand bukan hanya untuk menunjukkan keberadaan brand tersebut, namun mengenai bagaimana membangun sebuah koneksi dengan audiens. Mad For Makeup, melalui interaksi-interaksi yang dibangun dengan audiens, menyertakan value yang menarik bagi audiens mereka.
Apa kamu sudah lebih paham untuk memaksimalkan penggunaan media sosial sebagai teknik digital marketing? Atau kamu semakin penasaran untuk tahu lebih dalam tentang digital marketing?
Tenang aja! Kamu bisa memperdalam strategi digital marketing bareng Minvo! Selain itu, kamu juga dapat mempelajari pentingnya branding dan berbagai strategi konten pada media sosial, loh! Yuk, join UPprenticeship: Digital Marketing Bootcamp dari Vokraf Level Up.
Koneksi tersebut kemudian mampu membangun sebuah brand trust yang akhirnya mendatangkan konversi. Seperti halnya yang tercantum pada artikel di Sprout Social, ketika audiens merasa terkoneksi dengan sebuah brand, 57% orang akan meningkatkan pembelian brand tersebut dan 76% akan lebih memilih brand tersebut dibandingkan kompetitor.